Kamis, 03 Desember 2009

Ampuni saya tuhan..

Kehidupan ini begitu pelik. Semua menyadari itu. Tapi tak cukup sadar untuk tidak melulu hanya memikirkan kehidupan duniawi. Dan sebagian manusia. Termasuk saya. Begitu mudahnya melupakan tuhan. Ah tuhan. Maafkan saya!

Kita hidup bersama. Tapi nyatanya "mati" sendiri. Kalian tahu, mati disini bermakna ambigu. Maksud saya, mati dalam hal sendiri. Kesepian. Tak ada teman. Kalian tentu pernah merasa seperti itu. Merasa sendiri di tengah keramaian. Begitulah. Hidup.

Dan jika sudah begitu. Kalian. Kita. Saya. Baru ingat yang namanya tuhan. Akuilah.

Saya melupakan tuhan saya. Bahkan saya hanya memintanya membantu saya, tiap kali saya merasa mati. Tuhan selalu membantu saya. Dan seterusnya saya kembali melupakannya. Lalu merasa mati lagi. Meminta lagi. Di beri lagi. Lupa lagi. Mati lagi, begitu terus seumur hidup saya. Ampuni saya tuhan.

Pertanyaan yang besar terhadap tuhan, pernah datang dibenak saya, November 2008. Saat itu saya bertanya-tanya: "Mengapa saya dan dia dipertemukan, disatukan selama 4 tahun, untuk kemudian dipisahkan kembali?"

Lalu tuhan mengasihani saya. Dia memberi saya kesempatan. Kesempatan agar saya tidak merasa mati di dunia ini. Saya dan dia kembali dipersatukan lagi.

Kini lima tahun sudah. November 2009. Saya melontarkan pertanyaan yang tak jauh beda: "Mengapa saya dan dia dipertemukan, dipersatukan, jika akhirnya hanya saling cacimaki."

Lalu tuhan kembali mengampuni saya. Memberi nafas kepada hati saya. Saya dan dia, kembali disatukan.

Lalu Desember 2009. Tuhan mungkin sudah geram dengan tingkah laku saya. Saya ini bagai sampah. Selalu minta dibersihkan ketika sudah menumpuk di sudut rumah. Saya ini bagai sampah. Selalu minta dibakar ketika sudah menumpuk di pekarangan. Dan saya ini bagai sampah, yang selalu hadir kembali tak henti-henti mengotori lahan-lahan kosong di dunia.

Dia terlalu baik. Saya sadari itu. Mungkin Tuhan hanya ingin menyelamatkan dia dari sampah seperti saya. Tapi tuhan, mohon ampuni saya. Saya yang hanya ingat di saat saya merasa mati. RJ

2 komentar: